LINGUISTIK LANJUT
“ANALISIS KLAUSA, AKAR KLAUSA, DAN TAGMEMIK”
Makalah
Ini Dibuat untuk Memenuhi Syarat Ujian Akhir Semester Gasal
Mata
Kuliah Linguistik Lanjut
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Dendy Sugono, APU
Dr. Wini Tarmini, M.Hum.
Oleh:
Sahrul Umami 1609057014
Semester 1
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan ke hadirat Allah Swt. karena dengan limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya berupa
kesehatan dan kesempatan, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima
kasih penulis kepada pihak pembimbing mata kuliah yang telah memberi
arahan dan bimbingan kepada penulis untuk dapat mengembangkan wawasan dan kreativitas melalui
karya ini sehingga tugas
ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang
membangun supaya makalah ini dapat lebih baik. Saran dan kritik kami
harapkan demi perbaikan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan berguna bagi
masyarakat dan kepada penulis khususnya.
Jakarta, Januari 2017
Penulis
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................ iii
I. Pendahuluan.................................................................................................... 1
II. Pembahasan
A. Deskripsi Teoretik......................................................................................... 2
1.
Aliran Tradisional........................................................................................ 2
a.
Sejarah Munculnya Aliran Tradisional.......................................................... 2
b.
Ciri-ciri Aliran Tradisional.......................................................................... 3
c. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Tradisional................................................ 4
2. Aliran
Tagmemik ........................................................................................ 4
a.
Pengertian Aliran Tagmemik ...................................................................... 4
b.
Macam-macam Tagmem ........................................................................... 5
c.
Singkatan yang dipakai dalam Teori Tagmemik ............................................ 7
d.
Lambang ................................................................................................. 8
B.
Hasil Analisis ................................................................................................. 8
1.
Hasil Linguistik Tradisional ........................................................................... 9
a.
Analisis Klausa .......................................................................................... 9
b.
Analisis Pembagian Klausa Kalimat .............................................................. 11
c.
Peta Kerja Analisis Akar Klausa ................................................................... 14
1)
Akar Klausa Transitif .............................................................................. 14
2)
Akar Klausa Dwitransitif ........................................................................ 15
3)
Akar Klausa Dwiintransitif ...................................................................... 16
4)
Akar Klausa Dwiequatif .......................................................................... 17
2.
Hasil Analisis Tagmemik ............................................................................... 18
III. Penutup
A.
Kesimpulan .................................................................................................... 27
B.
Saran ............................................................................................................. 27
Daftar
Pustaka
I.
PENDAHULUAN
Konstruksi klausa memiliki variasi
kelas kata dalam predikat, bisa berupa numeralia, adjektiva, nomina, ataupun
verba. Namun, kebanyakan dalam konstruksi klausa tersebut menggunakan verba
sebagai predikat dan verba predikat itu memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan dengan predikat kelas kata yang lain. Hal itu disebabkan klausa
sangat ditentukan oleh jenis verba predikatnya. Kehadiran objek, pelengkap, dan
keterangan ditentukan oleh verba predikat, yaitu apakah verba dwitransitif,
verba transitif, verba dwiintransitif, verba intransitif, verba dwiequatif,
atau verba equatif.
Selain itu, verba memiliki kekayaan
bentuk dan memiliki produktivitas yang tinggi serta memiliki perilaku sintaktik
dalam konstruksi klausa ataupun kalimat. Sebagai predikat (P), verba sangat
menentukan kehadiran konsituen, baik sebagai subjek (S), objek (O), pelengkap
(Pel), maupun sebagai keterangan (K).
Oleh karena itu, suatu kalimat akan lebih baik jika memiliki fungsi
kalimat yang baik juga.
Berbicara klausa ataupun kalimat
maka tidak bisa terlepas dari unsur akar klausa itu sendiri seperti akar klausa
transitif, dwitransitif, intransitif, dwiintransitif, equatif, dan dwiequatif.
Berdasarkan akar klausa tersebut, akan memudahkan dalam menganalisis Tagmemik.
Analisis tagmemik dikenal istilah
tagmem yang menganalisis satuan linguistik berdasarkan empat dimensi, yaitu
slot, peran, kelas, dan kohesi serta sifat kehadiran setiap konstituen. Menurut
Pike dan Pike (1982:74) jika suatu tagmem selalu hadir dalam realisasi
konstruksinya, tagmen itu dikategorikan sebagai wajib (+). Sebaliknya, jika
suatu tagmem tidak selalu hadir dalam realisasi konstruksinya, tagmem itu
dikatakan opsional (±). Satu konstituen sebuah konstruksi diberikan ke dalam empat
ciri tersebut beserta sifat kehadirannya dengan teknik sebagai berikut.
Slot
|
Kelas
|
Peran
|
Kohesi
|
Tagmem adalah suatu kesatuan, sejajar dengan fonem dan morfem
dalam hierarki ketatabahasaan fonologi, leksikon, dan tata bahasa. Kesatuan
dalam analisis tagmemik adalah tagmem korelasi
suatu lajur fungsional dengan kelas butir-butir yang mengisi lajur tersebut.
Kesatuan ini bukan hanya kesatuan bentuk, sepertti yang terdapat dalam
model-model ketatabahasaan yang lain, melainkan suatu perpaduan fungsi dan
bentuk.
Berdasarkan penjelasan di atas, dengan ini penulis akan
menganalisis suatu wacana dengan analisis linguistik tradisional dan tagmemik.
Dengan analisis ini penulis mengambil wacana dari buku
Bahasa Indonesia karya Yeti Mulyati,
kota terbit Jakarta, penerbit Universitas Terbuka pada tahun 2011, dan halaman
7.4. Penulis menggunakan buku ini, untuk dianalisis pada pokok bahasan
“Kegiatan Belajar 1 Mengenai Konsep Menulis Dan Jenis-Jenis Tulisan” untuk
dianalisis berdasarkan linguistik tradisional dan tagmemik guna menambah
pemahaman dan pengetahuan sesuai dengan kemampuan.
II. PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Teoretik
Deskripsi Teoretik
1.
Aliran
Tradisional
a.
Sejarah
Munculnya Aliran Tradisional
Tata
bahasa tradisional dimulai dari Zaman Yunani sampai dengan munculnya linguistik
modern sekitar akhir abad ke-19. Aliran tradisional berkembang pada linguistik
zaman Yunani, Kaun Alexandrian, zaman romawi kuno, dan zaman pertengahan.
Pada
abad IV SM, seorang ahli filsafat bernama Plato (429 SM-348 SM) mengembangkan
pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah filsafatnya.Plato
membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno ke dalam dua golongan yakni onoma dan
rhema.
Kaum Alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa.Oleh
karena itulah dari mereka kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thax. Buku ini lahir lebih kurang
tahun 100 SM dan diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Remmius Palaemon pada
permulaan abad pertama masehi dengan judul Ars Grammatika.
Di India pada tahun 400 SM. Panini, seorang sarjana hindu, telah
menyusun kurang lebih 4000 tentang struktur bahasa sansekerta dengan
prinsip-prinsip dan gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern.
Aliran Varro dan “De Lingua Latina” muncul pada zaman Romawi
Kuno.Dalam buku De Lingua, aliran ini memperdebatkan masalah anomali dan analogi
seperti zaman Stoik di Yunani.Buku tersebut dibagi dalam bidang-bidang
etimologi, morfologi, dan sintaksis.
b. Ciri-ciri Aliran Tradisional
Tata
bahasa tradisional menurut Chaer (2003:333) menganalisis bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik.Dalam merumuskan kata kerja, tata bahasa mengartikan kata
kerja merupakan tindakan atau kejadian.
Soeparno
(2002: 44) mengatakan ciri-ciri aliran tradisional adalah sebagai berikut.
a)
Bertolak dari pola pikir secara filosofis
b)
Senang bermain dengan definisi
c)
Pemakaian bahasa berkiblat pada kaidah
atau pola
d) Level-level gramatik belum ditata secara rapi
e) Tata bahasa didominasi oleh jenis kata
c. Kelebihan dan Kekurangan Aliran
Tradisional
1.
Kelebihan Aliran Tradisional
a)
Teori tradisional lebih tahan lama karena pola
pikir aliran ini bertolak pada filsafat.
b)
Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis
baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi penganutnya sangat dibanggakan.
c)
Aliran tradisional menjadikan penganutnya
memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup tinggi.
d)
Aliran ini memberikan kontribusi terhadap
penegakkan prinsip ‘yang benar adalah benar walaupun tidak umum, dan yang salah
adalah salah’.
2.
Kekurangan Aliran Tradisional
a)
Teori tradisional belum dapat membedakan
bahasa ujaran dan tulisan
b)
Teori ini tidak pernah memberikan contoh
yang dianalisis kemudian disimpulkan.
c)
Siswa akan pandai dengan teori dan
menghapal, tetapi tidak mahir berbicara dalam kehidupan masyarakat
d)
Objek kajian huruf, kata, kalimat. Hanya
sampai pada kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh aspek komunikatif
e)
Pemberian bahasa hanya berdasarkan pada
bahasa tulis baku
f)
Permasalahan tata bahasa hanya
didominasi pada jenis kata, sehingga ruang lingkupnya masih sangat sempit
g)
Pemberian bahasa latin dengan pola bahasa
Indonesia sangat berbeda
2.
Aliran
Tagmemik
a.
Pengertian
Aliran Tagmemik
Aliran Tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike,
seorang tokoh dari Summer Institute of
Linguistics, Summer Institute of Linguistics, yang mewarisi pandangan
Bloomfield, sehingga aliran ini juga bersifat struktural, tetapi juga
antropologis. Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tagmem.
Yang dimaksud dengan tagmem adalah korelasi antara
fungsi gramatikal atau slot (gatra),
kelas (class), peran (role), dan kohesi (cohesion). Misalnya, dalam kalimat Pena itu berada di atas meja;
bentuk pena itu mengisi fungsi subjek, dan tagmem subjeknya dinyatakan dengan
pena itu.
Menurut Pake, satuan dasar sintaksis tidak dapat
dinyatakan dengan fungsi-fungsi saja, seperti subjek + predikat + objek; dan
tidak dapat dinyatakan dengan deretan bentuk-bentuk saja, seperti frase benda +
frase kerja + frase benda, melainkan harus diungkapkan bersamaan dengan
rentetan rumus seperti: S : FN + P : FV + O : FN. Rumus ini dibaca: fungsi
subjek diisi oleh frase nomina; diikuti oleh fungsi predikat yang diisi oleh
frase verbal, dan diikuti pula oleh fungsi objek yang diisi oleh frase nominal.
Dalam perkembangan selanjutnya, malah kedua unsur
tagmem itu, yaitu fungsi dan bentuk (kategori pengisi fungsi) perlu ditambah
pula dengan unsur peran (pengisi makna), dan kohesi (keterikatan antara
satuan-satuan lingual) yang membentuk jalinan yang erat. Dengan demikian,
satuan dasar sintaksis itu, iaitu tagmem, merupakan suatu sistem sel-emtat-kisi
yang dapat digambarkan sebagai bagan berikut ini :
Fungsi
|
Kategori
|
Peran
|
Kohesi
|
b. Macam-macam Tagmem
1.
Slot
Slot adalah ciri tagmem yang merupakan tempat kosong
yang harus diisi oleh fungsi tagmem. Dalam tataran klausa, fungsi tagmem dapat
berupa:
-
Subjek (S) - Objek (O)
-
Predikat (P) - Pelengkap (Pel= komplemen)
2.
Kelas
Kelas
atau sering disebut juga kategori.
Kategori
antara lain:
-
Nomina (kata benda) -
Numeralia (kata bilangan)
-
Verba (kata kerja) -
Pronomina (kata ganti)
-
Adjektiva (kata sifat) -
Konjungsi (kata penghubung)
-
Preposisi (kata depan)
3.
Peran
Peran adalah ciri atau penanda tagmem sebagai
pembawa fungsi tagmem. Peran muncul sebagai akibat hubungan antar tagmem dalam
suatu kontruksi. Peran antara lain:
-
Pelaku (agentif) - Tempat (lokatif)
-
Tindakan (aksi, predikatif) -
Pemilikan (posesif)
-
Tujuan (objek, penderita) - Penerang
-
Penerima (benaktif) - Pernyataan (statemen)
-
Penyebab (kausatif) - Penunjuk (determinan)
-
Alat (instrumental) - Item (NB: bisa dihilangkan/diganti)
-
Waktu (temporal)
4.
Kohesi
Kohesi merupakan ciri tagmem terakhir merupakan
pengontrol hubungan antar tagmem. Pengontrol hubungan pada suatu struktur
berada pada fungsi predikat. Kohesi dalam tagmem dikenal sebagai berikut:
-
Kohesi transitif (mempunyai objek)
-
Kohesi intransitif (tidak mempunyai
objek)
-
Kohesi ekuatif
Posisi
keempat tagmem dapat digambarkan sebagai berikut:
Slot
|
Kelas
|
Peran
|
Kohesi
|
Dengan
demikian, kalimat ”Saya menulis surat dengan pinsil” dianalisis secara tagmemk,
akan menjadi berikut ini:
S
|
KG
|
P
|
Kkt
|
O
|
KB
|
K
|
FD
|
|||
pel
|
ak
|
tuj
|
al
|
Saya menulis
surat dengan pinsil
Keterangan
:
S : fungsi subjek O : fungsi objek
S : fungsi subjek O : fungsi objek
KKt
: kata kerja transitif FD : frase depan
Tuj : tujuan K :
fungsi keterangan
P : fungsi predikat Pel : pelaku
P : fungsi predikat Pel : pelaku
KB : kata benda KG
: kata ganti
al
: alat ak : aktif
Dalam
uraian tersebut, kohesi tidak diisi karena kohesi hanya relevan dengan
bahasa-bahasa berkasus yang mempunyai ciri-ciri khas yang menandai hubungan
timbal-balik antartagmem dalam suatu konstruksi.
c.
Singkatan
yang dipakai dalam Teori Tagmemik
Klt :
Klausa transitif Pos :
Posesif
FB : Frasa benda Pnr :
Penerang
FK :
Frasa kerja PkT :
pembentuk kata Transitif
KK :
Kata kerja MK :
Morfem kerja
KS
:
Kata sifat Kasp :
Katerangan aspek
Lin : Luar Inti Sta :
Statemen
In :
Inti Plk :
Pelaku
It : Item KB :
Kata benda
Pred : Predikatif KK :
Kata kerja
S :
Subjek Kket :
Kata keterangan
P :
Predikat Tran :
Transitif
O : Objek Kle : Klausa ekuatif
Pel : Pelengkap Afiks :
Awalan
Konfiks : Imbuhan Hub :
Hubungan
Kon : Konjungsi Phub : Penghubung
Kw : Keterangan waktu e : Ekuatif
Pengi : Pengingkaran R :
Reduplikasi
ProPenj : Pronomina penunjuk Rn : Reduplikasi Nomina
Per : Perintah PenIm :
Penanda Inperatif transitif
Res : Resiplokal Pro3t : Pronomina persona
ketiga tunggal
Det : Determinan KIA : Klausa intransitif
aktif
d. Lambang
+ = wajib
(obligatory)
± = tak wajib
(optional)
± / =
tak
wajib dalam kondisi khusus, yang lain wajib tidak hadir
<
> = kelas
mofem
> = kohesi memerintah
> = kohesi diperintah
~ = varian
B. Hasil Analisis Wacana
Pada bagian ini, penulis melakukan analisis ini
untuk mengetahui klausa, akar klausa transitif, dwitransitif, intransitif,
dwiintransitif, equatif, dan dwiequatif. Penulis mengggunakan wacana yang ada
pada buku Bahasa Indonesia karya Yeti
Mulyati, kota terbit Jakarta, penerbit Universitas Terbuka pada tahun 2011, dan
halaman 7.4. Penulis menggunakan buku ini, untuk dianalisis pada kegiatan
belajar 1 mengenai konsep menulis dan jenis-jenis tulisan. Berikut ini wacana
dan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis.
WACANA
KEGIATAN BELAJAR 1
Konsep
Menulis dan Jenis-jenis Menulis
Konsep Menulis
Sebelum memulai proses menulis, seseorang harus
memahami terlebih dulu konsep menulis. Menulis adalah suatu kegiatan menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafis. Suatu bahasa yang disampaikan kepada
orang lain (pembaca) sehingga orang lain (pembaca) itu dapat membaca dan
memahami lambang-lambang grafis tersebut.
Menulis merupakan suatu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan bahasa (Lado dalam Tarigan, 1985: 21). Menulis merupakan
suatu cara untuk menyampaikan gagasan atau ide kita kepada orang lain.
Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis
digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan,
dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai
dengan baik. Para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran
dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan
kata, serta struktur kalimat. (McCrimmon, 1967: 122).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan menulis mengusung berbagai tujuan dan keperluan. Tentu saja,
tujuan-tujuan itu bisa dicapai bila sang penulis memiliki kemampuan
mengekspresikan apa yang hendak disampaikannya itu dengan baik. Si penulis
memiliki kiat menulis yang jitu, pandai memilih kata (diksi) yang tepat, dan
piawai menyusun kata-kata dan kalimat-kalimat dalam suatu pengorganisasian,
yang enak dan mudah dibaca.
(Mulyati,
Yeti. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Hlm 7.4)
1.
Hasil
Linguistik Tradisional
a.
Analisis
Klausa
Sebelum memulai proses menulis, / (1) seseorang
harus memahami terlebih dulu
(S) (P)
konsep
menulis. / (2) Menulis adalah suatu kegiatan
menurunkan atau melukiskan
(Keterangan) (S) (P)/Komplemen
lambang-lambang
grafis.
/
(3) Suatu
bahasa yang disampaikan kepada orang lain
(Pelengkap) (S) (P) (Pelengkap)
(pembaca)
/ (4) sehingga orang lain (pembaca) itu dapat membaca dan memahami
(S) (P)
lambang-lambang
grafis tersebut.
(Keterangan)
(5) Menulis merupakan suatu representasi
bagian dari kesatuan-kesatuan bahasa
(S) (P)/Komplemen (Pelengkap)
(Lado
dalam Tarigan, 1985: 21). / (6) Menulis merupakan suatu cara
(S) (P)/Komplemen
untuk
menyampaikan gagasan atau ide kita kepada orang lain. (O)
(Keterangan)
(7) Menulis pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan
(S) (P) (Pelengkap)
ekspresif.
/ Dalam kegiatan menulis, / (8) seorang penulis harus terampil memanfaatkan
(S) (P)
grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata. / (9) Keterampilan
menulis digunakan untuk
(Keterangan) (S) (P)
mencatat,
merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi
(Keterangan)
pembaca.
/ (10) Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan
baik. /
(S) (P)
(Pelengkap)
(11)
Para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan
pikiran dan
(S) (P)
mengemukakannya
secara tertulis dengan jelas, lancar, dan
komunikatif. /
(O) (Keterangan)
(12)
Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian
dan pemilihan kata,
(S) (P) (Keterangan)
Serta
struktur kalimat. (McCrimmon, 1967: 122).
Berdasarkan penjelasan / (13) di atas dapat disimpulkan
bahwa kegiatan menulis
(S) (P)/EQ
mengusung
berbagai tujuan dan keperluan. / Tentu saja, tujuan-tujuan
itu bisa
(Keterangan)
dicapai
bila / (14) sang penulis memiliki kemampuan mengekspresikan
apa yang
(S)
(P) (O) (Keterangan)
hendak
disampaikannya itu dengan baik. / (15) Si
penulis memiliki kiat menulis
(Pelengkap) (S) (P) (O)
yang
jitu,
/ (16)
Φ pandai memilih kata (diksi) yang
tepat, dan /
(Keterangan) (S-dilesapkan) (P) (O) (Keterangan)
(17) Φ piawai menyusun
kata-kata dan kalimat-kalimat dalam suatu
(S-dilesapkan) (P) (O)
pengorganisasian
yang enak dan mudah dibaca.
(Keterangan)
Kesimpulan : Terdapat 17 Klausa di dalam paragraf di
atas.
|
b. Analisis
Pembagian Klausa Kalimat
1.
Seseorang harus memahami terlebih dulu konsep menulis
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, K. Jika, kita terfokus pada kalimat Seseorang harus memahami terlebih dulu konsep
menulis. Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiintransitif (S, P, K).
2.
Menulis adalah suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Menulis adalah suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis. Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiequatif (S, P, Pel).
3.
Suatu
bahasa yang disampaikan kepada orang lain (pembaca)
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, O. Jika, kita terfokus pada kalimat Suatu bahasa yang disampaikan kepada orang lain (pembaca). Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Transitif (S, P, O).
4.
Orang lain (pembaca) itu dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafis tersebut
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, K. Jika, kita terfokus pada kalimat Orang lain (pembaca) itu dapat membaca dan memahami
lambang-lambang grafis tersebut. Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiintransitif (S, P, K).
5.
Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan bahasa
Menulis adalah
suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafis
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Menulis merupakan suatu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan bahasa
Menulis adalah suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiequatif (S, P, Pel).
6.
Menulis merupakan suatu cara untuk menyampaikan gagasan atau ide
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Menulis merupakan suatu cara untuk menyampaikan
gagasan atau ide kita kepada orang lain. Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwitransitif (S, P, O, K).
7.
Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiequatif (S, P, Pel).
8.
Seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata.
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, K. Jika, kita terfokus pada kalimat Seorang penulis harus terampil memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiintransitif (S, P, K).
9.
Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan,
melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, K. Jika, kita terfokus pada kalimat Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,
merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiintransitif (S, P, K).
10.
Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai
dengan baik.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiequatif (S, P, Pel).
11.
Para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan
mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, O, K. Jika, kita terfokus pada kalimat Para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai
jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan
komunikatif.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwitransitif (S, P, O, K).
12.
Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, serta struktur kalimat.
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, K. Jika, kita terfokus pada kalimat Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, serta struktur kalimat.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiintransitif (S, P, K).
13.
Di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis mengusung berbagai tujuan
dan keperluan
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, K. Jika, kita terfokus pada kalimat Di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis
mengusung berbagai tujuan dan keperluan. Maka kalimat ini
termasuk ke dalam klausa kalimat Dwiintransitif
(S, P, K).
14.
Sang penulis memiliki kemampuan mengekspresikan apa yang hendak
disampaikannya itu dengan baik.
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, O, K, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Sang penulis
memiliki kemampuan mengekspresikan apa yang hendak disampaikannya itu dengan baik.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwitransitif (S, P, O, K, Pel).
15.
Si penulis memiliki kiat menulis yang jitu
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, O, K, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Si penulis
memiliki kiat menulis yang jitu.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwitransitif (S, P, O, K)
16.
Φ pandai memilih kata
(diksi) yang tepat, dan
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, O, K, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Φ pandai memilih kata (diksi) yang tepat,.
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwitransitif (S, P, O, K). Akan tetapi, pada kalimat tersebut mengalami
pelesapan pada Subjek (S).
17.
Φ piawai menyusun kata-kata dan kalimat-kalimat dalam suatu pengorganisasian,
yang enak dan mudah
dibaca.
Pada
kalimat di atas, setelah dianalisis fungsi tradisional, hasil dari kalimat ini
yaitu, S, P, O, K, Pel. Jika, kita terfokus pada kalimat Φ piawai menyusun
kata-kata dan kalimat-kalimat dalam suatu pengorganisasian, yang enak dan mudah dibaca,
Maka
kalimat ini termasuk ke dalam klausa kalimat Dwitransitif (S, P, O, K). Akan tetapi, pada kalimat tersebut mengalami
pelesapan pada Subjek (S).
c.
Peta
Kerja Analisis Akar Klausa
1) Akar Klausa Transitif
Slot :
|
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Glos
|
Peran :
|
Pelaku
Item
|
Statement
|
Penderita
Sasaran
Item
|
|
3
|
Suatu bahasa yang
|
Disampaikan
|
Kepada orang lain
(Pembaca)
|
Suatu
bahasa yang disampaikan kepada orang lain (pembaca)
|
Kelas :
|
Nomina
Pronomina
Persona
|
Verba
|
Nomina
Pronomina
Persona
|
|
Kohesi:
|
Transitif
|
2)
Akar Klausa Dwitransitif
Slot :
|
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Pelengkap
Keterangan
|
Glos
|
Peran :
|
Pelaku
Item
|
Statement
|
Penderita
Sasaran
Item
|
Benefaktif
|
|
6
|
Menulis
|
Merupakan
|
suatu cara untuk menyampaikan gagasan atau ide kita
|
Kepada
orang lain
|
Menulis
merupakan suatu cara untuk menyampaikan gagasan atau ide kita kepada orang lain
|
11
|
Para pembelajar dapat
|
Menyusun dan merangkai
|
Jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis
|
Dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
|
Para
pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan
mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
|
14
|
Sang penulis
|
Memiliki
|
Kemampuan
|
Mengekspresikan apa yang hendak disampaikannya itu dengan baik.
|
Sang penulis
memiliki kemampuan mengekspresikan apa yang hendak disampaikannya itu dengan baik.
|
15
|
Si penulis
|
Memiliki
|
Kiat menulis
|
Yang jitu
|
Si penulis memiliki kiat menulis yang jitu
|
16
|
Φ
|
Pandai memilih
|
Kata (diksi)
|
Yang tepat, dan
|
Φ pandai memilih kata
(diksi) yang tepat, dan
|
17
|
Φ
|
Piawai menyusun
|
Kata-kata dan kalimat-kalimat
|
Suatu pengorganisasian, yang enak dan mudah dibaca.
|
Φ piawai
menyusun kata-kata dan kalimat-kalimat dalam suatu pengorganisasian, yang enak dan mudah dibaca.
|
Kelas :
|
Nomina
Pronomina
Persona
|
Verba
|
Nomina
Pronomina
Persona
|
Nomina
Pronominal
Persona
|
|
Kohesi:
|
Dwitransitif
|
3)
Akar Klausa Dwiintransitif
Slot
:
|
Subjek
|
Predikat
|
Keterangan
|
Glos
|
Peran :
|
Pelaku
Item
|
Statement
|
Lokatif
|
|
1
|
Seseorang harus
|
Memahami
|
Terlebih dulu konsep menulis
|
Seseorang harus memahami
terlebih dulu konsep menulis
|
4
|
Orang lain (pembaca) itu dapat
|
Membaca dan memahami
|
Lambang-lambang grafis tersebut
|
Orang lain (pembaca) itu dapat
membaca dan memahami lambang-lambang grafis tersebut
|
8
|
Seorang penulis harus
|
Terampil Memanfaatkan
|
Grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata.
|
Seorang penulis harus terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
|
9
|
Keterampilan menulis
|
Digunakan
|
Untuk mencatat, merekam,
meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca
|
Keterampilan menulis digunakan
untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan
mempengaruhi pembaca
|
12
|
Kejelasan ini
|
Bergantung
|
pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, serta struktur kalimat
|
Kejelasan ini bergantung pada
pikiran, organisasi, pemakaian
dan pemilihan kata, serta struktur kalimat
|
13
|
Di atas dapat disimpulkan
|
Bahwa kegiatan menulis
|
Mengusung berbagai tujuan
dan keperluan
|
Di atas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan menulis mengusung berbagai tujuan dan keperluan
|
Kelas :
|
Nomina
Pronomina
Persona
|
Verba
|
Nomina
Pronomina
Preposisi
|
|
Kohesi:
|
Dwiintransitif
|
4)
Akar Klausa Dwiequatif
Slot :
|
Subjek
|
Predikat/
Komplemen
|
Pelengkap
|
Glos
|
Peran :
|
Pelaku
Item
|
Statement/
Sifat subjek
|
Pembatas
(Skup)
|
|
2
|
Menulis
|
Adalah suatu kegiatan
|
Menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafis
|
Menulis adalah suatu kegiatan
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis
|
5
|
Menulis
|
Merupakan suatu representasi
|
Bagian dari kesatuan-kesatuan
bahasa
|
Menulis merupakan suatu
representasi bagian dari kesatuan-kesatuan bahasa
|
7
|
Menulis
|
Pada dasarnya merupakan
|
Suatu kegiatan yang produktif
dan ekspresif
|
Menulis pada dasarnya merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif
|
10
|
Maksud dan tujuan seperti itu
|
Hanya dapat dicapai
|
Dengan baik
|
Maksud dan tujuan seperti itu
hanya dapat dicapai dengan baik
|
Kelas :
|
Nomina
Pronomina
Persona
|
Verba
|
Nomina
|
|
Kohesi:
|
Dwiequatif
|
|
2. Hasil Analisis Tagmemik
1. Seseorang harus memahami terlebih dulu
konsep menulis
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
K
|
FPrep
|
Pelk
|
__
|
Stat
|
DIntrans
|
Lok
|
__
|
FN=+
|
Int
|
FN
|
Plk
|
FV=+
|
Int
|
KK
|
||
Stat
|
FPrep= ±
|
Lint
|
FV
|
+
|
Int
|
FPrep
|
Stat
|
Sas
|
2.
Menulis adalah suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
Pel
|
FN
|
Item
|
__
|
Komp
|
DEq
|
Skup
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
It
|
FV=±
|
LInt
|
FV
|
+
|
Int
|
FVIndAkt
|
PenAsp
|
Sas
|
FN2=±
|
LInt
|
FV
|
+
|
Int
|
FN
|
Pend
|
it
|
3.
Suatu bahasa
yang disampaikan kepada orang lain (pembaca)
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
O
|
FN
|
Item
|
__
|
Stat
|
Trans
|
Sas
|
__
|
FN1=±
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FN
|
Pred
|
It
|
FV=±
|
LInt
|
Asp
|
Pelk
|
FN2=±
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FN
|
Sas
|
Pelk
|
4.
Orang lain
(pembaca) itu dapat membaca dan memahami lambang-lambang
grafis tersebut
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
K
|
FPrep
|
Pelk
|
__
|
Stat
|
DIntrans
|
Lok
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
+
|
LInt
|
FPrep
|
Sas
|
Pend
|
FV=+
|
Int
|
FV
|
Sas
|
FPrep=+
|
Int
|
FN
|
It
|
5.
Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan
bahasa
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
Pel
|
FN
|
Item
|
__
|
Komp
|
DEq
|
Skup
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
It
|
FV=±
|
LInt
|
FV
|
+
|
Int
|
FN
|
Kompl
|
it
|
FN2=±
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FN
|
Stat
|
It
|
6.
Menulis merupakan suatu cara untuk menyampaikan gagasan atau ide kita
kepada orang lain
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
O
|
FN
|
+
|
K
|
FN
|
Item
|
__
|
Komp
|
DEq
|
Skup
|
__
|
BenAkt
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
It
|
FV=+
|
Int
|
FV
|
+
|
Int
|
FN
|
Stat
|
It
|
FN2=+
|
Int
|
FN
|
+
|
LInt
|
FN
|
It
|
Pend
|
FN3=±
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FN
|
Pen
|
Sas
|
7.
Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
Pel
|
FN
|
Item
|
__
|
Stat
|
DEq
|
Skup
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
It
|
FV=±
|
LInt
|
Asp
|
+
|
Int
|
FN
|
Pend
|
Pred
|
FN2=±
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FN
|
Stat
|
It
|
8.
Seorang penulis
harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata.
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
K
|
FPrep
|
Pelk
|
__
|
Stat
|
DIntrans
|
Lok
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
+
|
LInt
|
FPrep
|
Pelk
|
Pred
|
FV=±
|
LInt
|
Asp
|
+
|
Int
|
FV
|
Penj
|
Pred
|
FPrep=+
|
Int
|
FN
|
+
|
LInt
|
FPrep
|
It
|
Konj
|
9.
Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan,
menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
K
|
FPrep
|
Item
|
__
|
Stat
|
DIntrans
|
Lok
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
It
|
FV=±
|
LInt
|
Asp
|
Pred
|
FPrep=+
|
Int
|
FV
|
+
|
LInt
|
FPrep
|
It
|
Konj
|
10.
Maksud dan
tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan
baik
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
Pel
|
FN
|
Item
|
__
|
Komp
|
DEq
|
Skup
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
+
|
LInt
|
FPrep
|
ProPenj
|
Pred
|
FV=±
|
LInt
|
Asp
|
+
|
Int
|
FV
|
Pred
|
Penj
|
FPrep=±
|
LInt
|
FN
|
+
|
LInt
|
FPrep
|
Konj
|
It
|
11.
Para pembelajar
yang dapat menyusun dan merangkai jalan
pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan
komunikatif.
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
O
|
FN
|
+
|
K
|
FN
|
Pelk
|
__
|
Stat
|
DTrans
|
Sas
|
-
|
BenAkt
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
+
|
LInt
|
FPrep
|
It
|
Pred
|
FV=+
|
LInt
|
Asp
|
Penj
|
FN2=+
|
Int
|
FN
|
+
|
Int
|
FPrep
|
+
|
In
|
FAsp
|
It
|
Pred
|
It
|
FN3=±
|
LInt
|
FV
|
+
|
Int
|
FN
|
+
|
In
|
FN
|
+
|
In
|
FAdj
|
Konj
|
It
|
It
|
It
|
12.
Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, serta struktur kalimat
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
K
|
FPrep
|
Item
|
__
|
Stat
|
DIntrans
|
Lok
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
+
|
LInt
|
FAsp
|
Pelk
|
Pred
|
FV=+
|
LInt
|
Asp
|
+
|
In
|
FV
|
Penj
|
Stat
|
FN2=+
|
LInt
|
Asp
|
+
|
Int
|
FAdj
|
Konj
|
It
|
13.
Di atas dapat
disimpulkan bahwa kegiatan menulis mengusung
berbagai tujuan dan keperluan
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
K
|
FPrep
|
Item
|
__
|
Stat
|
DIntrans
|
Lok
|
__
|
FN1=+
|
LInt
|
FAdj
|
+
|
Int
|
FN
|
KAsp
|
Stat
|
FV=+
|
LInt
|
FV
|
+
|
In
|
FN
|
Konj
|
It
|
FPrep=+
|
Int
|
FV
|
+
|
LInt
|
FAsp
|
Stat
|
Pend
|
14.
Sang penulis
memiliki kemampuan mengekspresikan apa yang hendak
disampaikannya itu dengan baik.
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
O
|
FN
|
+
|
K
|
FN
|
+
|
Pel
|
FN
|
Pelk
|
__
|
Stat
|
DTrans
|
Sas
|
__
|
BenAkt
|
__
|
BenAkt
|
__
|
FN1=+
|
LInt
|
FN
|
It
|
FV=±
|
LInt
|
FV
|
Stat
|
FN2=+
|
Int
|
FAdj
|
It
|
FN3=+
|
Int
|
FV
|
+
|
Lint
|
FV
|
Pend
|
Pelk
|
FN4=±
|
LInt
|
FAsp
|
+
|
Int
|
FAdj
|
Konj
|
It
|
15.
Si penulis memiliki kiat menulis yang jitu
AkrKlT
|
+
|
S
|
FN
|
+
|
P
|
FV
|
+
|
O
|
FN
|
+
|
K
|
FN
|
Pelk
|
__
|
Stat
|
DTrans
|
Sas
|
__
|
BenAkt
|
__
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
It
|
FV=±
|
LInt
|
FV
|
Stat
|
FN2=+
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FN
|
Stat
|
It
|
FN2=+
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FN
|
Stat
|
It
|
FN3=+
|
LInt
|
FAsp
|
+
|
Int
|
FN
|
Konj
|
It
|
16.
Φ pandai memilih kata (diksi) yang
tepat, dan
AkrKlT
|
Φ
(S dilesapkan)
|
P
|
FV
|
+
|
O
|
FN
|
+
|
K
|
FN
|
Stat
|
DTrans
|
Sas
|
__
|
BenAkt
|
__
|
FV=+
|
Int
|
FAdj
|
+
|
LIn
|
FV
|
Pend
|
Stat
|
FN1=+
|
Int
|
FN
|
It
|
FN2=±
|
LInt
|
FAsp
|
+
|
Int
|
FAdj
|
Konj
|
It
|
17.
Φ piawai menyusun kata-kata dan kalimat-kalimat
dalam suatu pengorganisasian, yang enak dan mudah dibaca.
AkrKlT
|
Φ
(S dilesapkan)
|
P
|
FV
|
+
|
O
|
FN
|
+
|
K
|
FN
|
Stat
|
DTrans
|
Sas
|
__
|
BenAkt
|
__
|
FV=+
|
Int
|
FAdj
|
+
|
LIn
|
FV
|
It
|
Stat
|
FN2=+
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FAdj
|
Stat
|
Sas
|
FN2=+
|
LInt
|
FN
|
+
|
Int
|
FV
|
Prep
|
Sas
|
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tata bahasa
tradisional dimulai dari Zaman Yunani sampai dengan munculnya linguistik modern
sekitar akhir abad ke-19. Aliran tradisional berkembang pada linguistik zaman
Yunani, Kaun Alexandrian, zaman romawi kuno, dan zaman pertengahan.
Aliran linguistik tagmemik adalah aliran eklektik
yang membutuhkan suatu perincian dengan tingkat kemampuan mengeksplanasi data
dalam tatanan kajian morfologi serta sintaksis. Keterbukaan tagmemik dalam
bidang kajian yang tidak terpisah antara morfologi dan sintaksis
menjadikan objek kajian yang sangat luas. Namun demikian, linguistik
tagmemik menghadirkan analisis struktur sintaksis menjadi sangat
rinci yang mengacu pada sifat semesta bahasa.
Analisis
pada wacana atau paragraf ini diambil dari berita yang ada di Koran pada
terbitan Media Indonesia, halaman 29, dan pada kamis, 29 Desember 2016. Berikut
ini hasil analisisinya.
Berdasarkan
hasil analisis dari wacana atau paragraf di atas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa analisis tersebut terdapat klausa sebanyak 17 klausa pada paragraf
tersebut. Sedangkan pada analisis akar klausa pada wacana atau paragraf di atas
terdapat akar klausa transitif,
dwitransitif, dwiintransitif, dan dwiequatif.
Namun, terlihat bahwa tidak terdapat akar klausa dan tagmemik yang bersifat Instransitif dan Equatif.
Pada wacana atau
paragraf di atas, tidak terdapat akar klausa dan tagmemik yang bersifat Intransitif dan Equatif. Dalam hal ini, tidak akan mengurangi kesatuan
kalimat tersebut. Sehingga tidak akan merubah tataran bahasa dalam suatu
kalimat dan tidak menghilangi gagasan dan ide pokok yang terdapat pada wacana
atau paragraf.
B.
Saran
Peneliti menganalisis mengenai analisis linguistik
tradisional dan tagmemik berharap hasil analisis dapat dijadikan salah satu
bahan referensi kemeudian hari. Peneliti menyadari jauh dari kata sempurna
dalam menganalisis dan masih banyak
kekurangan dalam analisis dalam teks. Dengan demikian, peneliti membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat dijadikan motivasi dalam
melakukan analisis kemudian hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyati, Yeti. 2011. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas
Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Sugono, Dendy. 1985. Verba Transitif Dialek Osing Analisis
Tagmemik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar